Harga Cabai Rawit Meroket Hingga 150 Ribu Per Kilogram di Pasar Bauntung Banjarbaru

Tak hanya cabai, Sembako pun turut naik (foto:dok/Banjarbaruklik)
Waktu Baca : 3 menit

Banjarbaruklik – Setengah bulan terakhir, harga cabai di Kalimantan Selatan mengalami lonjakan signifikan. Pedagang di Pasar Bauntung, seperti Sainawati (Mama Mayang), melaporkan kenaikan harga mencapai di atas Rp 100 ribu per kilogram untuk beberapa varietas cabai. Sebelumnya, cabai miyawa pipilan seharga Rp 60 ribu per kilogram melonjak menjadi Rp 135 ribu, sementara cabai japlak naik dari Rp 60 ribu menjadi Rp 110 ribu.

Cabai rawit lokal yang sebelumnya dijual dengan harga Rp 80 ribu-Rp 90 ribu per kilogram, kini mencapai Rp 150 ribu per kilogram. Hal serupa terjadi pada cabai merah besar yang melonjak dari Rp 40 ribu menjadi Rp 100 ribu per kilogram, dan cabai keriting dari Rp 65 ribu menjadi Rp 125 ribu per kilogram. Hanya cabai hijau besar yang bertahan dengan harga normal Rp 35 ribu per kilogram.

Read More

Pedagang, seperti Darmin, menyatakan bahwa kenaikan harga cabai disebabkan oleh hasil panen lokal yang buruk akibat kemarau panjang, ditambah dengan kurangnya pasokan dari Jawa. Saat ini, pasokan cabai berasal dari Sulawesi. Kondisi ini diperkirakan akan berlanjut hingga panen berikutnya, sekitar dua bulan lagi.

Masyarakat merasakan dampak kenaikan harga cabai ini. Subaidah, seorang pembeli cabai, mengungkapkan kekagetannya saat membayar Rp 30 ribu untuk seperempat kilogram cabai. Pedagang lain, Darmin, yang menggunakan cabai untuk warung makannya, mencoba mengurangi penggunaan cabai untuk penghematan.

Tidak hanya cabai, harga gula di Kalimantan Selatan juga mengalami kenaikan dalam sebulan terakhir. Harga yang awalnya stabil di sekitar Rp 14 ribu per kilogram kini naik menjadi Rp 17.500 hingga Rp 18 ribu per kilogram. Pedagang mengaitkan kenaikan ini dengan nilai tukar dolar yang meningkat terhadap rupiah dan menipisnya stok gula lokal setelah musim giling berakhir.

Meskipun harga sembako naik, beberapa pedagang mencoba menyiasatinya. Ardana, pemilik warung makan, memilih beras luar Kalimantan Selatan yang lebih murah namun berkualitas setara beras lokal. Mama Ayu, pedagang sayur, harus mengatur modal dan pemakaian cabai dengan kreativitas, misalnya, menggunakan cabai yang agak layu atau mencampur cabai hijau untuk membuat sambal pedas.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Banjar, Abu Yajid Bustami, mengatakan bahwa kenaikan harga cabai disebabkan oleh pengaruh musim yang mengurangi pertumbuhan cabai di Banjarbaru. Harga gula naik juga dipengaruhi oleh kenaikan nilai tukar dolar dan menipisnya stok gula lokal.

Meski menghadapi kenaikan harga, distributor gula di Kalimantan Selatan, H Aftahuddin, memastikan ketersediaan stok yang cukup (6.000 ton) dengan sistem FIFO (First in, First out). Ia menjelaskan bahwa pihaknya telah siap untuk memenuhi kebutuhan di Kalimantan Selatan.

Kenaikan harga sembako ini memberikan tantangan bagi masyarakat dan pelaku usaha, namun sebagian dari mereka berupaya mencari solusi dan menyiasati situasi yang ada.

Reporter : Ahdalena
Redaktur : Ari Sukma Setiawan

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *