Kue Jahe yang Meriah dalam Sejarah Perayaan Natal

(Foto : detik.com)
Waktu Baca : 2 menit

Banjarbaruklik – Gingerbread atau kue jahe telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Natal. Kudapan khas ini, dengan cita rasa jahe yang khas, memiliki sejarah yang kaya dan panjang.

Jejak Sejarah Gingerbread:

  1. Asal-usul Kue Jahe Gingerbread memiliki akar sejarahnya di Mesir Kuno dan Yunani Kuno, di mana kue ini dibuat untuk keperluan ritual perayaan. Pada abad ke-11, tentara Eropa membawa kue jahe dari Timur Tengah dan mulai diuji sebagai makanan bagi kaum aristokrat. Adonannya terbuat dari tepung panir, air, gula, air mawar, dan jahe, dicetak dalam simbol-simbol raja, ratu, dan keagamaan.
  2. Filosofi dan Perubahan dalam Kue Jahe Pemberian lapisan icing emas pada kue jahe melambangkan keberuntungan bagi masyarakat Eropa. Seiring dengan harga jahe yang terjangkau, kue ini semakin populer dan mengalami modifikasi sesuai dengan selera zaman.
  3. Inovasi di Inggris dan Bentuk Orang Masyarakat Inggris pada abad ke-16 mengubah resep kue jahe dengan menggunakan tepung terigu, telur, dan pemanis. Hasilnya adalah tekstur kue yang lebih ringan. Bentuk gingerbread orang pertama kali diciptakan oleh permintaan khusus Ratu Elizabeth I.
  4. Peran di Istana dan Perayaan Natal Ratu Elizabeth I menyajikan kue jahe sebagai suguhan untuk tamu istana, menjadi simbol cinta. Seiring waktu, kue jahe dimodifikasi sesuai musim, seperti bunga untuk musim dingin dan burung untuk musim gugur.
  5. Populeritas saat Natal dan di Jerman Kue jahe semakin populer saat musim Natal dengan bentuk yang mewah dan beragam. Di Jerman, terkenal dengan bentuk rumah atau kabin musim dingin. Adonannya kini juga kaya dengan rempah-rempah lainnya.

Gingerbread menjadi hadiah Natal yang populer untuk keluarga dan sahabat, membawa harapan akan kedekatan dan persahabatan di tengah perayaan yang meriah.

Read More

 

Kue jahe telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam perayaan Natal, menyimpan jejak sejarah dan makna yang mendalam di balik setiap potongannya.

Reporter : Ahdalena

Redaktur : Ari Sukma Setiawan

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *