Produksi Tempe Tetap Bertahan di Tengah PPKM Berlangsung, Omset Turun 20 Persen

Produksi Tempe Tetap Bertahan di Tengah PPKM Berlangsung, Omset Turun 20 Persen
PRODUKSI - Devi Arinursiwa, Penangung jawab UMKM Tempe Asli HB Banjarbaru dan UMKM A-Zaki menunjukkan produksi olahan tempenya.
Waktu Baca : 2 menit

Banjarbaruklik – Di tengah pandemi Covid-19 ditambah adanya penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Banjarbaru. Tak sedikit banyak pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) mengalami pasang surut dalam usahanya.

Seperti yang dialami pelaku usaha tempe, yang berlokasi di Jalan Sidomuliyo Permai, Blok D Nomor 10, Kelurahan Landasan Ulin Timur, Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru.

Read More

Devi Arinursiwa, Penangung jawab UMKM Tempe Asli HB Banjarbaru dan UMKM A-Zaki mengaku, daya beli masyarakat terus menurun di tengah pandemi Covid-19.

“Berbanding terbalik dengan harga bahan baku seperti kedelai. Di tengah menurunnya perekonomian pelaku usaha, bahan baku pengolahan tempe malah merangkak naik,” ungkapnya, Sabtu (14/8/2021).

Oleh karena itu, Ia juga mengungkapkan, pelaku usaha tempe terpaksa berhenti berjualan sementara waktu ini dan bahkan ada yang gulung tikar.

“Daya beli masyarakat menurun dan harga bahan baku naik. Ya tentu pelaku usaha tempe terpaksa behenti berjualan sementara waktu ini,” ujarnya.

Harga Kedelai yang awalnya Rp. 6.500 menjadi Rp. 11.000 ini, sangat berpengaruh dengan omset penjualannya.

“Bisa dikatakan turun hingga 20 persen,” sebutnya.

Meski begitu, lebih jauh dikatakannya, pihaknya tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19 dan PPKM.

“Kita tetap bertahan, karena kita sadari himpitan ekonomi pas pandemi dirasakan semua. Jika kita tutup lalu pegawai yang tidak bekerja, otomotis tidak mendapatkan upah, terus gimana mereka untuk hidup sehari-hari,” paparnya.

Untuk kondisi bertahan, Devi Arinursiwa memilih untuk menekan produksi dan mensiasati agar barang daganganya tetap bisa habis terjual.

“Karena bahan baku naik, terpaksa ukuran tempe kami kecilkan sedikit. Untuk harga tatap Rp. 3,500,” jelasnya.

Devi Arinursiwa akui sendiri meskipun sangat terbatasi, namun ia tetap bersyukur dan akan mendukung apapun peraturan pemerintah.

“Karena memang kondisi Pandemi COVID-19 ini mau bagaimana lagi, kita harus patuh agar segera berakhir. Dan pekerja juga pershift perharinya, serta sudah ikut vaksin,” tutupnya. (ari)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *