Israel Beri Ultimatum ke Hamas: Bebaskan Sandera atau Hadapi Serangan di Rafah

palestine and israel.(Foto : fairobserver.com)
Waktu Baca : 2 menit

Banjarbaruklik – Menteri Masa Perang Israel, Benny Gantz, memberikan ultimatum keras kepada Hamas dalam sebuah pernyataan di Konferensi Pemimpin Organisasi Yahudi Utama Amerika yang berlangsung di Yerusalem. Gantz mengancam akan memperluas pertempuran ke Rafah, wilayah paling selatan di Jalur Gaza, jika warga Israel yang disandera oleh Hamas tidak dibebaskan sebelum bulan suci Ramadhan.

Dalam acara tersebut, Gantz menyampaikan bahwa Hamas dihadapkan pada pilihan yang jelas: menyerah dan melepaskan sandera agar Gaza dapat merayakan Ramadhan dengan damai. Pernyataan ini muncul menjelang Ramadhan yang diperkirakan akan dimulai pada 10 Maret 2024, memberikan waktu beberapa pekan bagi Hamas untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Read More

Kota Rafah, yang berbatasan langsung dengan Mesir, dihuni oleh sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina yang terusir dari berbagai daerah di Gaza. Kota ini telah menjadi sasaran serangan udara Israel, menyebabkan kehilangan nyawa warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Ancaman Gantz menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya peningkatan korban sipil jika serangan darat benar-benar terlaksana.

Tanggapan internasional terhadap rencana Israel ini bervariasi. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menekankan pentingnya rencana operasi militer yang mempertimbangkan keselamatan warga sipil di Rafah. Sementara itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mendesak Israel untuk tidak melanjutkan rencana serangan militer di Rafah, mengingat potensi memburuknya situasi kemanusiaan.

Pelapor Khusus PBB untuk Pembela Hak Asasi Manusia, Mary Lawlor, bahkan mengusulkan embargo senjata terhadap Israel sebagai respons atas serangan di Jalur Gaza. Namun, laporan dari The Wall Street Journal mengungkap bahwa Amerika Serikat bersiap mengirimkan senjata ke Israel, termasuk bom dan peralatan panduan Joint Direct Attack Munition (JDAM), yang bernilai puluhan juta dolar AS.

Rencana pembatasan akses ke Masjid Al Aqsa di Tepi Barat selama Ramadhan oleh pemerintah Israel juga menimbulkan kecaman. Pembatasan ini dinilai dapat memperkeruh suasana di Tepi Barat, memicu reaksi kemarahan, dan menguntungkan Hamas. Meski diperintahkan oleh perdana menteri Benjamin Netanyahu, dinas keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet, memperingatkan tentang potensi konsekuensi negatif dari langkah tersebut.

Kondisi di Rafah dan pembatasan akses ke Masjid Al Aqsa menunjukkan situasi tegang yang berpotensi memburuk menjelang Ramadhan, memperdalam krisis kemanusiaan dan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.

Reporter : Ahdalena

Redaktur : Ari Sukma Setiawan

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *