Disela Kunker di NTB, Gus Menteri Sambangi Pelabuhan Bima

Waktu Baca : 2 menit
MENINJAU – Saat bera di Pelabuhan Bima, Gus Menteri yang ditemani Nyai Lilik Umi Nashriyah langsung meninjau Container Way.

Banjarbaruklik – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul, Halim Iskandar menyempatkan diri menyambangi Pelabuhan Bima, di sela kunjungan kerja di Nusa Tenggara Barat, Sabtu (7/11) tadi.

Read More

Kunjungan pria yang akrab disapa Gus Menteri ke Pelabuhan Bima ini, untuk meninjau langsung Program Tol Laut. Dimana ini termasuk dalam rangkaian program andalan Presisen Joko Widodo, hingga Pelabuhan di Maumere.

Tiba di Pelabuhan Bima, Gus Menteri yang ditemani Nyai Lilik Umi Nashriyah langsung meninjau Container Way di Pelabuhan dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Selama di Terminal Kontainer yang dikelola Pelindo III itu, Gus Menteri melihat langsung fasilitas yang dimiliki dan mengamati secara langsung alur distribusi barang yang masuk.

Setelah itu, Gus Menteri kemudian melihat langsung Pelabuhan Rakyat yang masih jadi bagian Tol Laut itu.

Kemudian Doktor Honoris Causa dari UNY itu berpindah ke Kantor Syahbandar dan Operasional Pelabuhan (KSOP), untuk meninjau dan mendengarkan perkembangan program Tol Laut di Pelabuhan itu dari Kepala KSOP, Ilyas M Natsir.

Kepala KSOP, Ilyas M Natsir mengatakan, Pelabuhan Bima tidak hanya melayani penumpang, tapi juga alur distribusi barang. Termasuk hasil pertanian seperti jagung dan bawang.

“Pelabuhan ini juga melayani distribusi pengiriman hewan ke sejumlah daerah.

Kami berharap, nantinya ada penambahan rute Tol Laut hingga ke Timika. Karena petani bawang itu pasarkan produknya hingga wilayah itu,” ungkapnya.

Ilyas juga mewacanakan menggandeng BUMDes untuk bekerja sama, yang formatnya sedang dimatangkan.

Sementara itu, Gus Menteri menerangkan Kemendes PDTT memang telah membangun ekosistem, untuk produk-produk hasil pertanian.

“Olehnya, penting juga agar produk-produk pertanian NTB ini dipasarkan ke luar wilayah, dengan menggunakan Tol Laut,” terangnya.

Namun terang Gus Menteri, harga tol laut itu harus dievaluasi kembali, agar bisa lebih berkembang nantinya.

“Saya pernah kirim barang ke Australia masih lebih murah, timbang kirim ke Timika,” kata Doktor Honoris Causa UNY ini.

Itu menjadi lebih murah karena kapal yang balik dari Australia muatannya tidak kosong. Sedang dari Timika kadang kosong hingga itu menjadi beban.

“Oleh karena itu kita optimalkan dulu semua potensi yang ada. Semua pihak harus berperan agar terjadi percepatan,” tegasnya.(rls/zai)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *