Usai Walk Out Gerakan Save Meratus, Aliansi Mahasiswa Banjarmasin – Banjarbaru Minta Maaf

Waktu Baca : 4 menit

MEMINTA MAAF – Perwakilan Aliansi Mahasiswa Banjarmasin-Banjarbaru mendatangi kantor WALHI Kalsel di Banjarbaru. Mereka meminta maaf, atas aksi Walk Out mereka saat aksi #SaveMeratus.

Banjarbaruklik – Masih ingat dengan kejadian Walk Out nya para Mahasiswa, saat gelaran gerakan #SaveMeratus di Lapangan Dwi Warna Barabai, pekan ketiga September lalu?

Read More

Aksi gabungan berbagai kalangan, yang tujuannya menuntut pemerintah pusat untuk menolak adanya pertambangan di pegunungan Meratus. Khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini, sempat diwarnai kesalah pahaman  Sehingga puluhan Mahasiswa, dari Aliansi Mahasiswa Banjarmasin-Banjarbaru, Walk Out.

Usai sepekan kejadian ini, Tiga orang Mahasiswa perwakilan Aliansi Mahasiswa Banjarmasin–Banjarbaru, datang ke kantor Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel di Banjarbaru, Rabu (25/9) lalu.

Tujuannya, memohon maaf dan memberikan penjelasan kepada WALHI Kalsel. Terkait aksi Walk Out yang mereka lakukan saat aksi gerakan #SaveMeratus di Kabupaten HST.

Penanggungjawab Aksi untuk Aliansi mahasiswa Banjarmasin-Banjarbaru, Abdul Hakim mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima. Pihaknya berasumsi gerakan #SaveMeratus ditunggangi kepentingan politik. Apalagi dalam aksi ada anggota DPRD HST yang berorasi.

“Aksi juga tak bisa menghadirkan Bupati HST dan Ketua DPRD HST. Untuk membuat pernyataan resmi dan tertulis mendukung pernolakan pertambangan batu bara dan perkebunan sawit. Karena itu kami kemudian memutuskan untuk walk out dan keluar dari perjuangan #SaveMeratus saat itu,” ujar di kantor Walhi Kalsel.

Dia menjelaskan, usai itu pihak mahasiswa akhirnya mendapatkan penjelasan detil, mendasar dan konstruktif dari Walhi Kalsel sebagai bagian dari perjuangan #SaveMeratus.
Semua asumsi para mahasiswa, ternyata tidak benar dan tidak terbukti.
Oleh sebab itu pihaknya datang ke Kantor Walhi Kalsel, guna menjelaskan sikap.

“Kawan-kawan Walhi menjelaskan tentang perjalanan panjang dan strategi #SaveMeratus. Kami akhirnya paham. Kami memohon maaf atas sikap kami, walk out, keluar dari perjuangan #SaveMeratus saat itu. Serta menuding aksi itu ditunggangi, sekali lagi kami mohon maaf,”terangnya kepada Banjarbaruklik.com

Hal senada disampaikan salah satu orator dalam aksi dari UIN Antasari, yang juga Ketua HMI Kota Banjarmasin Rizal Nagara. Dia mengungkapkan, asumsi dan informasi yang mereka terima tentang aksi yang ditunggangi itu, ternyata salah.

Karena itu, pihaknya memohon maaf kepada semua elemen yang selama ini berjuang bersama #SaveMeratus. Mulai dari masyarakat adat, juga Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Walhi Kalsel, seluruh masyarakat Hulu Sungai Tengah, para Tetua Adat Dayak Meratus, Pemkab HST, DPRD HST, dan semua pihak,.

“Kami mohon maaf, kami tetap bersama #SaveMeratus untuk memertahankan Pegunungan Meratus dari pertambangan batu bara dan perkebunan sawit,” tegasnya.

Aktivis Lingkar Studi Ilmu Sosial Kerakyatan (LSISK) Zainul Muslihin,, yang mendampingi para aktivis mahasiswa, juga menegaskan sikap mereka.

“Kami tetap bersama gerakan #SaveMeratus. Kami para mahasiswa memohon maaf, telah mengambil tindakan yang ternyata bisa melemahkan gerakan. Mohon maaf kepada semua pihak yang selama ini berjuang tiada henti bersama #SaveMeratus,” harapnya.

Sementara itu Direktur Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono menjelaskan, anatomi dan perjalanan panjang gerakan #SaveMeratus. Perjuangan ini panjang dan melibatkan banyak pihak. Ada kawan-kawan masyarakat adat, Dayak Meratus, para aktivis, Pemkab HST, Bupati HST, DPRD HST dan seluruh elemen masyarakat Hulu Sungai Tengah, juga para pendukung #SaveMeratus dari berbagai kalangan.

“Selama lebih dari dua tahun ini #SaveMeratus berjuang dengan berbagai cara. Dari kampanye seperti menulis surat kepada Presiden, aksi para seniman, gugatan ke pengadilan, hingga istighosah. Semua itu dilakukan bersinergi dengan Pemkab HST dan DPRD HST yang sikapnya sama dengan gerakan #SaveMeratus,” terangnya.

“Semua tegas menolak pertambangan batu bara dan perkebunan sawit di HST dan Pegunungan Meratus. Selama ini belum pernah ada masyarakat satu kabupaten dan jajaran Pemkab, DPRD, dan semua pihak bersikap sama,” ujarnya Senin (30/9) siang.

Menurutnya, komitmen Pemkab HST dan DPRD HST selama ini sama-sama menolak perkebunan sawit dan pertambangan batu bara itu menjadi penting. Dimana yang perlu dilakukan saat ini dan adalah terus menjaga komitmen tersebut. Misalnya dengan mengawasi penyusunan RPJMD dan RPJP Hulu Sungai Tengah yang di dalamnya menolak pertambangan batu bara dan perkebunan sawit.

“Kami juga meyakini, sikap para mahasiswa yang sebelumnya menuding #SaveMeratus ditunggangi. Terjadi lebih karena informasi dan asumsi yang salah. Bukan karena digunakan pihak-pihak tertentu untuk melemahkan gerakan #SaveMeratus. Kami yakin dugaan terhadap kawan-kawan mahasiswa itu sepenuhnya salah. Kedepan kami dan para mahasiswa tetap memerjuangkan #SaveMeratus,” harapnya.(zai)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *